23 December 2024

Setiap fakta menyimpan pelajaran, setiap peristiwa membuka cakrawala. DosenVirtual.com

Beranda » Blog » Satu Suara, Kunci Demokrasi: Jangan Diam Saat Harapan Dipertaruhkan

Satu Suara, Kunci Demokrasi: Jangan Diam Saat Harapan Dipertaruhkan

Tomi Hendra, M.Sos Dosen Komunikasi UIN Bukittinggi

Tomi Hendra, M.Sos Dosen Komunikasi UIN Bukittinggi

Langit demokrasi kembali membentang, membawa harapan dan tantangan.

Masa tenang menjadi jeda dari riuh debat politik, memberikan ruang refleksi bagi kita semua.

Apa makna dari suara yang akan kita berikan? Apakah sekadar formalitas, atau justru penentu masa depan?

Di media, kita melihat perdebatan sengit, kata-kata tajam, bahkan serangan pribadi.

Dalam politik, itu hal biasa. “Tanpa isu, politik takkan hidup,” ujar banyak orang.

Namun, di balik semua itu, ada satu hal yang sering terlupakan: kekuatan dari satu suara.

Satu Suara, Satu Perubahan

Dalam demokrasi, setiap suara adalah setara.

Tak peduli status sosial, tingkat pendidikan, atau kekayaan, hak suara Anda sama berharganya.

Ini adalah keadilan demokrasi, tempat setiap individu memiliki peran menentukan.

Baca Juga: Seni Komunikasi: Menyemai Rasa Hormat dalam Setiap Pelayanan

Namun, sering kali sikap apatis menghantui. “Apa arti suara saya? Takkan mengubah apa pun.”

Pola pikir ini keliru. Jika ribuan atau jutaan orang berpikir demikian, dampaknya nyata: kesempatan memilih pemimpin yang benar-benar mewakili harapan rakyat akan hilang.

Ketika Apatisme Menguasai

Kekecewaan pada politik sering menjadi alasan.

Janji-janji yang tak ditepati, kepemimpinan yang mengecewakan, semuanya menumpuk jadi alasan untuk tidak peduli.

Namun, apakah menyerah adalah solusinya? Tidak.

Kekecewaan harus menjadi bahan bakar untuk lebih kritis, lebih peduli, dan lebih berani menggunakan hak suara.

Suara Anda bukan sekadar angka di bilik suara.

Itu adalah pernyataan bahwa masa depan bangsa layak diperjuangkan.

Itu adalah mandat kepada pemimpin untuk bertindak sesuai dengan aspirasi rakyat.

Tidak menggunakan hak suara bukanlah netralitas, melainkan keputusan.

Ketika Anda memilih diam, Anda menyerahkan masa depan kepada orang lain.

Bayangkan jika keputusan yang diambil pemimpin terpilih tidak sejalan dengan harapan Anda, itulah harga dari apatisme.

Tanggung Jawab Moral dalam Memilih

Dari perspektif Islam, memilih pemimpin adalah amanah.

Rasulullah SAW mengingatkan pentingnya memilih pemimpin yang adil dan amanah.

Beliau bersabda: “Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah).

Hak suara adalah bagian dari tanggung jawab ini, bukan hanya sebagai warga negara, tetapi juga sebagai mukmin yang peduli pada kebaikan umat.

Demokrasi mungkin tidak sempurna, tetapi ia adalah alat terbaik untuk memastikan suara rakyat didengar.

Satu suara Anda adalah bagian dari perjuangan kolektif untuk masa depan yang lebih baik.

Saat hari pemilu tiba, ingatlah: satu suara bukan hanya angka.

Itu adalah simbol harapan, perjuangan, dan tanggung jawab.

Jangan sia-siakan kesempatan ini, karena masa depan kita ada di tangan kita bersama.

Satu suara menentukan arah masa depan kita bersama.

Sumber: HR Abu Daud 2241

Penlusi: Tomi Hendra, M.Sos
Dosen Komunikasi UIN Bukittinggi