Pemerintah melalui Kementerian PPN/Bappenas telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.
Ini mendukung pelaksanaan Visi Indonesia Emas 2045, yang juga bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Indonesia.
Pemerintah bertekad mewujudkan Indonesia sebagai “Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan.”
Ada lima sasaran utama, yaitu:
(1) Pendapatan per kapita setara negara maju;
(2) Kemiskinan menuju 0% dan pengurangan ketimpangan;
(3) Peningkatan kepemimpinan dan pengaruh di dunia internasional;
(4) Peningkatan daya saing sumber daya manusia;
(5) Penurunan intensitas emisi GRK menuju net zero emission.
Namun, ada pertanyaan apakah visi ini dapat terwujud sepenuhnya.
Pencapaian visi ini sulit jika kita tidak menyelesaikan berbagai masalah. Kesenjangan ekonomi, kesenjangan sosial, kepastian hukum, angka kemiskinan, ketenagakerjaan, dan akses pendidikan yang tidak merata masih menghantui kita.
Masalah-masalah ini hanya sebagian kecil dari tantangan yang ada.
Kunci penyelesaian masalah ini adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia, sesuai sasaran visi ke-4.
Selain pendidikan formal, pendidikan nonformal juga perlu digalakkan.
Para aktor perubahan sosial, seperti penyuluh, penggerak masyarakat, dan pendidik sebaya, memiliki peran penting.
Muttamimah & Sujono (2023) menyebut bahwa opinion leader dapat mempengaruhi opini publik.
Peningkatan kualitas SDM harus menargetkan remaja.
Mereka akan menjadi pengisi pembangunan Indonesia di masa depan.
Kementerian BKKBN merespons dengan program Penyiapan Kehidupan Bagi Remaja melalui Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R).
PIK-R adalah wadah yang dikelola oleh dan untuk remaja, memberikan informasi serta konseling tentang kesehatan reproduksi dan perencanaan kehidupan keluarga.
PIK-R sebaiknya didirikan di sekolah, kampus, desa, atau dusun.
Tujuannya agar remaja lain memahami pendewasaan usia perkawinan, keterampilan hidup, kesehatan, dan perencanaan ekonomi untuk kehidupan keluarga yang lebih sejahtera.
PIK-R perlu disiapkan dengan baik untuk meminimalkan tantangan bonus demografi.
Sutikno (2020) menjelaskan bahwa jika tidak ditangani, bonus demografi dapat menimbulkan kerugian besar.
Ledakan jumlah penduduk akan berdampak pada berbagai aspek, termasuk kesehatan, kesejahteraan, dan perekonomian.
Oleh karena itu, bonus demografi harus dilihat sebagai peluang dan tantangan dalam menyambut Indonesia Emas 2045.
Melalui PIK-R, kita dapat lebih optimis menghadapi tantangan ini.
Sumber:
- Kementerian PPN/Bappenas. (n.d.). RPJPN 2025-2045. Indonesia Emas 2045. https://indonesia2045.go.id
- Muttamimah, L., & Sujono, F. K. (2023). Resepsi Khalayak Perempuan terhadap Konten Edukasi Seksual oleh Key Opinion Leader. Jurnal Komunikasi Profesional, 7(1), 98-120.
- Sutikno, A. N. (2020). Bonus demografi di indonesia. Visioner: Jurnal Pemerintahan Daerah Di Indonesia, 12(2), 421-439.
Tentang Penulis:
Akbar Hasyim Lbs: Seorang Penyuluh Keluarga Berencana di Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga / BKKBN yang juga aktif menulis buku, artikel ilmiah dan terbitan artikel populer lainnya. Buku pertamanya berjudul “Komunikasi Penyuluhan dan Pembangunan Keluarga” terbit pada tahun 2023 setelah ia menyelesaikan studi magister ilmu komunikasi di Universitas Sumatera Utara pada tahun yang sama. Melalui tulisan-tulisanya ia berharap penyuluhan pendekatan siber menjadi pendekatan penyuluhan yang lebih umum dan sering digunakan oleh para penyuluh kedepannya.
More Stories
Mengapa Masyarakat Makin Jauh dari Partai Politik?
Da’i dalam Politik Menghadirkan Dakwah atau Ambisi?
Janji Manis Kampanye Politik di Era Digital