Site icon

Penyebab dan Mitigasi Galodo di Kabupaten Agam dan Tanah Datar

Suasana pasca banjir bandang atau galodo di Kabupaten Agam

Suasana pasca banjir bandang atau galodo di Kabupaten Agam

Galodo atau banjir bandang yang melanda Kabupaten tanah Datar dan Agam, Sumbar, memiliki beberapa faktor penyebab.

Dari aspek meteorologi, geologi, hidrologi, hingga pengelolaan lingkungan, berikut adalah analisis ilmiah mengenai penyebab utama terjadinya bencana ini di kedua wilayah tersebut.

1. Curah Hujan Ekstrem

Curah hujan yang tinggi merupakan pemicu utama terjadinya banjir bandang. Pada malam Sabtu, 11 Mei 2024, wilayah Agam dan Tanah Datar mengalami curah hujan ekstrem yang menyebabkan aliran air meningkat drastis di sungai-sungai yang mengalir dari Gunung Singgalang dan Gunung Marapi.

Hujan deras yang disertai petir ini mengakibatkan volume air yang besar turun dalam waktu singkat, memicu aliran air yang membawa material lumpur dan batu.

2. Topografi dan Geologi

Wilayah Agam dan Tanah Datar memiliki topografi yang curam dengan banyak gunung berapi aktif, seperti Gunung Singgalang dan Gunung Marapi.

Kedua gunung ini menghasilkan material vulkanik yang longgar dan tidak stabil, seperti abu dan batu apung.

Baca Juga: Kematian Badak Jawa di TNUK: Analisis Sosiologis

Baca Juga: Gelang Force 10: Perpaduan Sains dan Estetika yang Abadi

Ketika curah hujan tinggi terjadi, material ini mudah terbawa oleh aliran air, memperbesar potensi terjadinya galodo.

Lereng curam mempercepat laju aliran air dan material, meningkatkan daya rusak saat mencapai daerah pemukiman.

3. Aliran Hidrologi dan Sedimen

Sistem hidrologi di wilayah ini juga berkontribusi terhadap risiko banjir bandang.

Sungai-sungai yang mengalir dari pegunungan membawa volume air besar yang meningkat tajam selama hujan lebat.

Aliran air ini membawa sedimen dalam jumlah besar, termasuk tanah, batu, dan vegetasi yang tersapu oleh arus.

Proses hidrodinamika ini mengakibatkan akumulasi material di hilir sungai, yang dapat menyumbat aliran dan memicu banjir bandang saat bendungan alami tersebut jebol.

4. Pengelolaan Lingkungan

Degradasi lingkungan, seperti deforestasi dan perubahan penggunaan lahan, memperburuk dampak banjir bandang.

Hilangnya vegetasi alami yang berfungsi menstabilkan tanah dan menyerap air hujan mengurangi kemampuan tanah untuk menahan air, meningkatkan risiko erosi dan aliran sedimen.

Di banyak tempat, penebangan hutan untuk pertanian atau pemukiman meningkatkan kerentanan terhadap banjir bandang dan tanah longsor

5. Kesiapsiagaan dan Mitigasi

Kesiapsiagaan bencana dan mitigasi risiko yang kurang optimal juga menjadi faktor yang memperparah dampak bencana.

Sistem peringatan dini yang tidak memadai, kurangnya infrastruktur penahan banjir, serta minimnya edukasi dan latihan evakuasi untuk masyarakat meningkatkan risiko korban jiwa dan kerugian material.

Penanganan darurat yang cepat dan efektif sangat penting untuk meminimalisir dampak bencana, namun sering kali terhambat oleh kondisi infrastruktur yang rusak dan akses yang sulit.

Kesimpulan

Bencana galodo yang melanda Kabupaten Agam dan Tanah Datar disebabkan oleh kombinasi faktor alamiah dan antropogenik.

Curah hujan ekstrem, topografi curam, material vulkanik yang longgar, serta pengelolaan lingkungan yang kurang optimal, semuanya berkontribusi terhadap terjadinya banjir bandang.

Untuk mengurangi risiko di masa depan, diperlukan upaya terpadu dalam memperbaiki sistem peringatan dini, mengelola lingkungan dengan lebih baik, serta meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam.

Sumber:
 BNPB

Exit mobile version