Site icon

Skandal Dunia Akademik Indonesia: Plagiarisme hingga Joki Guru Besar

Ilustrasi Plagiarisme dan perjokian di dunia akademik. Foto: Doktrine-UK

Ilustrasi Plagiarisme dan perjokian di dunia akademik. Foto: Doktrine-UK

Di balik nama-nama besar universitas di Indonesia, ada isu serius yang mengancam dunia akademik: plagiarisme.

Isu ini kembali mencuat, mengingat dunia pendidikan seharusnya menjunjung tinggi keaslian dan integritas.

Baru-baru ini, Peter Carey, sejarawan Inggris ternama, menuduh dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) menjiplak karya monumentalnya, Kuasa Ramalan.

Carey merasa kecewa karena beberapa ide dalam bukunya diduga tanpa izin digunakan dalam dua buku yang diterbitkan UGM bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Madiun.

Buku-buku tersebut, Madiun: Sejarah Politik dan Transformasi Kepemerintahan dan Raden Rangga Prawiradirja III, Bupati Madiun, diklaim mengandung ide yang sama tanpa pengakuan atas karya Carey.

Carey berusaha menyelesaikan masalah ini melalui mediasi dengan penerbit Kepustakaan Populer Gramedia, tetapi hasilnya tidak memuaskan.

Sebagai respons, UGM membentuk tim investigasi independen.

Sementara itu, salah satu penulis buku tersebut, Sri Margana, membantah tuduhan dan menyatakan bahwa penyelidikan penerbit tidak menemukan bukti plagiarisme.

Plagiarisme Dosen FEB UGM, Anggito Abimanyu

Kasus plagiarisme lain terjadi pada 2014, melibatkan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Anggito Abimanyu.

Artikel yang ditulisnya, Gagasan Asuransi Bencana, terbukti menjiplak karya dosen Universitas Indonesia, Hotbonar Sinaga.

Setelah itu, Anggito mengakuinya dan mengundurkan diri dari jabatannya di UGM.

Plagiarisme Dosen Unpar Prof Anak Agung Banyu Perwira

Profesor Anak Agung Banyu Perwira dari Universitas Parahyangan (UNPAR) juga terlibat dalam plagiarisme.

Beberapa artikelnya yang diterbitkan di The Jakarta Post, termasuk Ris defense transformation (2009), terbukti menjiplak karya Richard A. Bitzinger.

Setelah protes pembaca, Banyu mengundurkan diri dari jabatannya di UNPAR.

Joki Guru Besar di UNP

Di Universitas Negeri Padang (UNP), tim percepatan guru besar dibentuk untuk membantu dosen calon guru besar menyusun artikel ilmiah.

Namun, banyak dosen senior hanya terdaftar sebagai penulis tanpa terlibat dalam riset atau penulisan.

Kasus-kasus ini menunjukkan tantangan besar dalam menjaga integritas akademik di Indonesia.

Berbagai universitas kini memperkenalkan perangkat pendeteksi plagiarisme seperti Turnitin dan iThenticate.

Selain itu, etika akademik mulai dimasukkan ke dalam kurikulum untuk mengajarkan mahasiswa tentang pentingnya orisinalitas.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan bahwa tim percepatan guru besar seharusnya hanya membantu bimbingan, bukan menyiapkan karya ilmiah.

Langkah ini bertujuan menjaga kredibilitas akademik dan memastikan karya ilmiah mencerminkan kontribusi nyata dari penulisnya.

Kasus plagiarisme yang berulang mengingatkan kita pentingnya menjaga hak kekayaan intelektual dan integritas akademik.

Kejujuran dalam penelitian dan penulisan adalah dasar kemajuan ilmu pengetahuan. Menjaga orisinalitas bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga sistem pendidikan yang mendukungnya.

Sumber:

Kompas

Kumparan

Exit mobile version