Di tengah keramaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-11 Developing Eight (D-8), Presiden Prabowo berani bersuara lantang.
Suasana di Istana Kepresidenan New Administrative Capital, Kairo, Mesir, begitu khidmat.
Para pemimpin dari berbagai negara muslim mendengarkan seksama saat Prabowo berpidato dengan suara menggaung dan tegas.
Ia menyampaikan seruan yang tak biasa: sebuah kritik tajam terhadap dunia muslim yang terpecah.
Baca Juga: Skandal Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar
Dengan wajah serius, Prabowo berbicara tentang fakta yang sulit dielakkan.
“Kita adalah 2 miliar umat muslim. Sumber daya kita melimpah, namun dunia tidak menghormati kita karena kita tidak bersatu.”.
Pernyataan itu menggema di ruangan, menggugah para pemimpin yang hadir, termasuk Presiden Mesir Abdul Fattah El-Sisi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Kritik atas Deklarasi Kosong
Prabowo menyoroti kebiasaan negara-negara muslim yang, menurutnya, hanya sibuk membuat deklarasi tanpa tindakan nyata.
“Marilah kita jujur kepada rakyat kita. Saya sudah menghadiri banyak pertemuan, dan yang kita lakukan hanyalah memberikan deklarasi dukungan,” katanya dengan nada tegas.
Ia menambahkan bahwa tanpa kerja sama dan persatuan, upaya apa pun akan sia-sia.
Prabowo juga mengingatkan tentang bahaya “Devide et Impera”, taktik adu domba yang sejak lama menjadi senjata imperialisme.
Sudan, Libya, dan Yaman, menurutnya, adalah contoh nyata bagaimana konflik internal melemahkan posisi negara-negara muslim.
“Ketika pemimpin muslim saling bertikai, kita tidak bisa menyuarakan hak asasi manusia, apalagi mendukung Palestina secara nyata,” tambahnya.
Seruan untuk Bersatu
Pidato Prabowo di forum itu bukan hanya kritik.
Ia membawa pesan persatuan.
“Saya menyerukan kepada negara-negara muslim untuk menyadari kenyataan ini. Hak asasi manusia seolah-olah bukan untuk kita. Inilah kenyataan yang menyedihkan,” ujarnya.
Ia mengajak seluruh pemimpin muslim untuk menghentikan perselisihan internal dan fokus pada kerja sama demi membangun kekuatan kolektif.
Di forum tersebut, Prabowo menegaskan bahwa persatuan bukan hanya soal idealisme.
Ia adalah kebutuhan. Dengan bersatu, negara-negara muslim dapat meningkatkan pengaruh mereka di panggung global, menciptakan perdamaian, dan memperjuangkan hak-hak Palestina yang selama ini terabaikan.
Potensi Besar yang Belum Dimanfaatkan
Prabowo mengingatkan para pemimpin tentang kekayaan luar biasa yang dimiliki negara-negara muslim.
Arab Saudi, Irak, Iran, dan Uni Emirat Arab, misalnya, menyumbang 40% dari total produksi minyak dunia.
Sudan dan Mali dikenal sebagai penghasil emas utama di Afrika.
Maroko menjadi tulang punggung agrikultur global dengan menyuplai 70% kebutuhan fosfat dunia.
Namun, semua potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal karena kurangnya koordinasi lintas negara.
Ia juga menggarisbawahi kesenjangan Indeks Pembangunan Manusia (HDI) di dunia muslim.
Uni Emirat Arab, dengan HDI tinggi, menjadi contoh negara yang maju, sementara Sudan dan Yaman menghadapi tantangan berat dalam pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Disparitas ini, menurut Prabowo, hanya bisa diatasi melalui kerja sama yang erat.
Luka dari Konflik yang Berlarut
Di sela-sela pidatonya, Prabowo menyentuh isu yang paling menyakitkan: konflik di negara-negara muslim.
Sudan, dengan konflik Darfur yang telah berlangsung sejak 2003, telah kehilangan lebih dari 300.000 nyawa.
Libya, sejak perang saudara 2011, tak pernah lepas dari kekacauan.
Yaman, dengan krisis kemanusiaan terburuk di dunia, membuat 21 juta orang membutuhkan bantuan.
“Setiap konflik ini adalah luka bagi umat muslim,” ujar Prabowo.
Ia menjelaskan bagaimana perang tidak hanya menghancurkan infrastruktur, tetapi juga merampas masa depan generasi muda muslim.
Tanpa solusi, konflik ini akan terus menjadi noda yang mencoreng citra dunia muslim.
Indonesia dan Palestina
Sebagai penutup, Prabowo menegaskan peran Indonesia dalam isu Palestina.
Sejak lama, Indonesia konsisten mendukung hak-hak Palestina di berbagai forum internasional.
Dari diplomasi di Perserikatan Bangsa-Bangsa hingga bantuan kemanusiaan, Indonesia selalu hadir.
Ia juga mengingatkan bahwa solidaritas tidak cukup hanya dalam bentuk pernyataan.
“Kita harus melakukan lebih,” katanya.
Prabowo percaya bahwa dengan persatuan, negara-negara muslim bisa memberikan dukungan nyata, bukan hanya untuk Palestina, tetapi juga untuk menciptakan perdamaian dunia.
Pelajaran dari Peristiwa
Pidato Prabowo hari itu menjadi cermin bagi dunia muslim.
Ia mengajak umat muslim untuk merenung, untuk berhenti sejenak dari konflik internal, dan untuk belajar dari kesalahan masa lalu.
Dengan persatuan, dunia muslim tidak hanya bisa memperjuangkan Palestina, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Sumber:
CNBC
1 thought on “Prabowo Serukan Persatuan Dunia Muslim di KTT D-8”