Site icon

Ibu Kota Negara Pindah IKN: Dampak Sosial Budaya Mengintai

IKN yang berada di Kalimantan Timur. Foto: KemenpanRBa

IKN yang berada di Kalimantan Timur. Foto: KemenpanRBa

Prabowo Subianto bertekad mengejar penyelesaian Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.

Menurut keterangan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Prabowo Subianto sangat tegas menyampaikan akan melanjutkan penyelesaian IKN.

Bahkan, Prabowo Subianto berencana akan menyelesaikan IKN dalam empat tahun.

Namun, pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur itu menimbulkan beragam respons dan spekulasi, terkait dampak sosial budaya yang terjadi.

1. Identitas dan Budaya Lokal

Proyek pemindahan ibu kota berpotensi mengubah identitas budaya masyarakat lokal Kalimantan.

Rapoport (1990), perubahan lingkungan fisik dapat memengaruhi cara masyarakat berinteraksi dan membentuk identitas budaya mereka.

Sebab itu, penting untuk memastikan bahwa pembangunan IKN mencerminkan nilai-nilai dan tradisi masyarakat setempat agar budaya lokal tetap terjaga.

2. Pengaruh terhadap Komunitas

Pemindahan ibu kota akan membawa migrasi penduduk dari berbagai daerah, menciptakan komunitas baru yang beragam.

Menurut laporan dari United Nations Human Settlements Programme (UN-Habitat,2020), urbanisasi seringkali menghasilkan dinamika sosial yang kompleks, termasuk integrasi antarbudaya dan potensi konflik sosial.

Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan menjadi kunci untuk mencegah ketegangan dan memastikan bahwa semua suara terwakili.

3. Akses terhadap Sumber Daya

Pembangunan IKN dapat mengubah distribusi sumber daya, seperti pendidikan dan layanan kesehatan.

Haughton dan Hunter (1994) menunjukkan bahwa pembangunan yang tidak merata dapat memperburuk ketidaksetaraan sosial.

Oleh karena itu, penting merumuskan kebijakan yang menjamin akses yang adil bagi semua lapisan masyarakat, terutama kelompok rentan.

4. Urbanisasi dan Perubahan Sosial

Dengan meningkatnya jumlah penduduk akibat pemindahan ibu kota, akan ada tantangan baru dalam hal urbanisasi.

Setiawan dan Siregar (2021) menunjukkan bahwa urbanisasi yang tepat dapat menyebabkan kemacetan, peningkatan kebutuhan, infrastruktur, dan perubahan nilai sosial.

Sebab itu, strategi pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif menjadi sangat penting.

5. Partisipasi Publik dan Keterlibatan Masyarakat

Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan sangat penting untuk keberhasilan proyek ini.

Studi oleh Arnstein (1969) tentang partisipasi masyarakat, tingkat keterlibatan yang tinggi dapat mendorong keberlanjutan dan mengurangi potensi konflik.

Masyarakat perlu diberikan ruang untuk berkontribusi dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek.

6. Keberlanjutan Budaya

Pelestarian warisan budaya lokal harus menjadi fokus dalam pembangunan IKN.

Penelitian Harrison (2013), keberlanjutan budaya tidak hanya melindungi tradisi, tetapi juga memperkaya pengalaman masyarakat baru.

Upaya pelestarian ini dapat mencakup dukungan terhadap seni lokal dan perayaan budaya yang mencerminkan keberagaman.

Sumber:

– Arnstein, S. R. (1969). A Ladder of Citizen Participation. Journal of the American Institute of Planners.
– Harrison, R. (2013). Heritage and Sustainability in the Digital Age. Journal of Cultural Heritage.
– Haughton, G., & Hunter, C. (1994). Sustainable Cities. Urban Studies.
– Rapoport, A. (1990). Environment and Behavior: Planning and Design. The Environmental Design Research Association.
– Setiawan, R., & Siregar, A. (2021). Urbanization in Indonesia: Challenges and Opportunities. Indonesian Journal of Urban Studies.
– United Nations Human Settlements Programme (UN-Habitat). (2020). World Cities Report 2020.

Exit mobile version