Da’i dan pemilu adalah dua entitas yang memiliki pengaruh signifikan dalam masyarakat, terutama di negara dengan populasi Muslim yang besar.
Sebagai penyebar ajaran agama, Da’i memainkan peran penting dalam membentuk opini publik dan nilai-nilai moral masyarakat.
Melalui ceramah dan pengajian, seorang Da’i berkesempatan untuk membangun kesadaran politik di kalangan umat.
Hal ini mengingat ajaran Islam tentang prinsip keadilan, kebaikan, dan kasih sayang dalam setiap aspek kehidupan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fenomena Da’i yang terjun ke dunia politik di Indonesia semakin marak.
Kehadiran mereka di panggung politik menimbulkan suasana baru, namun juga perdebatan di kalangan masyarakat.
Sebuah Peran yang Kompleks
Pertanyaannya, apakah seorang Da’i mampu menjalankan tanggung jawabnya dalam tugas negara sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam?
Ataukah mereka justru mengejar ketenaran di atas panggung dakwah sambil melalaikan tanggung jawab politik mereka?
Baca Juga: Janji Manis Kampanye Politik di Era Digital
Sebagai seorang Pendakwah, memiliki pengaruh terhadap masyarakat adalah tanggung jawab besar.
Pendakwah memiliki kedekatan yang kuat dengan rakyat, menjadikannya sosok yang dapat mempengaruhi banyak orang.
Di tengah banyaknya pendakwah, sering kali kita menemukan Da’i yang menyinggung isu kepemimpinan politik, bahkan terlibat dalam kampanye politik.
Hal ini memperlihatkan bahwa bagi seorang Da’i, popularitas dan banyaknya pengikut dapat menjadi aset dalam meraih suara politik.
Namun, apakah kedekatan ini seharusnya dijadikan alat untuk meraih kekuasaan, atau tetap digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan pesan-pesan agama yang mencerahkan umat?
Harapan dan Tanggung Jawab
Menurut Dr. Yudian Wahyudi, seorang Da’i memiliki peran strategis dalam membentuk moral politik dan mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama.
Da’i dapat mempengaruhi opini publik, sekaligus membentuk kesadaran politik masyarakat.
Namun, mereka harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam politik praktis yang justru dapat merusak integritas mereka.
Di sisi lain, meskipun para pendakwah dapat membantu masyarakat dalam menilai kualitas kandidat politik melalui dakwah mereka, ada tantangan besar untuk menjaga agar dakwah tidak dicampuradukkan dengan kepentingan politik.
Jika Da’i terjebak dalam politik praktis, mereka berisiko kehilangan kredibilitas sebagai pemimpin moral dan agama.
Tanggung Jawab
Seorang Da’i yang memilih untuk terjun ke dunia politik harus siap dengan tanggung jawab yang sangat besar.
Tidak hanya sebagai figur yang dikenal banyak orang, tetapi sebagai pemimpin yang bekerja untuk kepentingan rakyat.
Tugas seorang politisi bukan hanya berbicara di atas panggung, tetapi juga bekerja untuk menciptakan perubahan nyata yang membawa dampak positif bagi masyarakat.
Oleh karena itu, seorang Pendakwah yang terjun ke politik harus mampu membuktikan bahwa mereka layak memimpin dengan menunjukkan kinerja yang nyata, tidak hanya berlandaskan kata-kata.
Meskipun Da’i memiliki potensi untuk mempengaruhi politik, mereka harus berhati-hati dalam menjalani peran ganda mereka.
Tanggung jawab mereka sebagai penyebar ajaran agama tidak boleh terabaikan hanya karena ambisi politik.
Dalam menjalankan tugas politik, seorang Pendakwah harus memastikan bahwa nilai-nilai agama tetap menjadi pedoman utama, bukan hanya untuk meraih kekuasaan atau ketenaran.
Untuk itu, seorang Da’i yang terjun ke dunia politik harus selalu mengedepankan integritas, kapabilitas, dan komitmen nyata kepada rakyat
More Stories
Janji Manis Kampanye Politik di Era Digital
Suara Generasi Muda dalam Pemilu 2024
Anak Muda Mengguncang Politik Lewat Media Sosial