Suasana di Tol Cipularang mendadak mencekam. Sebuah truk besar mengalami rem blong dan meluncur liar di jalan menurun.
Tanpa kendali, truk itu menghantam belasan kendaraan di depannya.
Kecelakaan ini melibatkan 19 kendaraan. Akibatnya, satu orang meninggal dunia, sementara 23 lainnya mengalami luka ringan, dan 4 orang terluka parah.
Suara benturan keras terdengar, menciptakan kepanikan.
Petugas langsung dikerahkan untuk evakuasi, sementara ambulans membawa korban ke rumah sakit terdekat.
Jalur Cipularang, terutama di sekitar KM 92, sudah lama dikenal berbahaya.
Kontur jalannya yang menurun tajam serta kondisi licin saat hujan meningkatkan risiko kecelakaan.
Kejadian seperti ini pun bukan yang pertama terjadi di Cipularang.
Pada tahun 2019 dan 2022, kecelakaan besar juga terjadi di lokasi yang sama.
Faktor Penyebab Kecelakaan di Jalur Menurun
Kecelakaan di jalan menurun sering kali melibatkan kendaraan berat. Penelitian Transportation Research Board, rem blong adalah penyebab umum kecelakaan di jalan yang menurun.
Truk besar, yang membawa muatan berat, lebih rentan mengalami masalah ini.
Jika rem gagal, kendaraan sulit berhenti dan risiko tabrakan pun meningkat.
Dalam kasus ini, truk yang terlibat membawa kardus berat, menambah beban pengereman.
Hasil riset Journal of Safety Research menunjukkan rem truk bisa overheat atau panas berlebih saat digunakan terus-menerus di jalur menurun.
Overheating menyebabkan rem kehilangan cengkeraman, sehingga pengemudi tidak bisa menghentikan kendaraan.
Pengaruh Cuaca Buruk
Cuaca juga memainkan peran penting. Hujan deras saat itu membuat jalan licin.
Berdasarkan penelitian dari National Weather Service, jalan yang basah meningkatkan jarak pengereman hingga 30 persen.
Kendaraan berat lebih sulit dikendalikan dalam kondisi seperti ini.
Truk dan kendaraan lainnya bisa lebih mudah tergelincir saat permukaan jalan basah.
Penelitian lain dari International Journal of Environmental Research and Public Health mendukung bahwa cuaca buruk secara signifikan meningkatkan risiko kecelakaan.
Ketika hujan, jarak pandang berkurang, dan permukaan jalan menjadi licin.
Di jalan yang menurun seperti Cipularang, risiko ini berlipat ganda, menuntut pengemudi ekstra hati-hati.
Sistem pengereman otomatis atau automatic emergency braking (AEB) bisa mengurangi risiko kecelakaan.
Menurut artikel di Journal of Transportation Research Part F, teknologi ini membantu mencegah tabrakan dengan mengaktifkan rem otomatis jika terdeteksi risiko.
Namun, banyak truk di Indonesia belum dilengkapi teknologi seperti ini.
Teknologi lain yang juga penting adalah kontrol stabilitas elektronik atau electronic stability control (ESC).
Teknologi ini membantu kendaraan tetap stabil, terutama di jalan licin.
Penggunaan ESC terbukti menurunkan angka kecelakaan.
Data dari National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) menunjukkan bahwa ESC dapat menurunkan risiko tergelincir, khususnya pada kendaraan besar.
Desain Jalan dan Jalur Pengaman
Desain jalan juga berperan dalam keselamatan. Di beberapa titik seperti KM 92, sudah ada jalur pengaman bagi kendaraan yang mengalami rem blong.
Jalur ini memungkinkan pengemudi menghentikan kendaraan dengan aman.
Namun, tidak semua titik di Cipularang memiliki fasilitas seperti ini.
Penelitian dari Transportation Engineering Journal merekomendasikan pemasangan lebih banyak jalur pengaman di jalan menurun yang rawan.
Di negara-negara maju, jalan dengan kontur menurun biasanya memiliki jalur khusus untuk kendaraan bermasalah.
Fasilitas ini bisa mengurangi risiko kecelakaan beruntun.
Manajemen Lalu Lintas yang Lebih Ketat
Manajemen lalu lintas yang lebih baik diperlukan di Cipularang, khususnya saat volume kendaraan tinggi.
Sistem manajemen berbasis data dapat membantu mengurangi risiko kecelakaan.
Berdasarkan penelitian dari Journal of Intelligent Transportation Systems, pengaturan lalu lintas yang berbasis data membantu mengatur kecepatan dan memberikan peringatan dini kepada pengemudi mengenai kondisi jalan.
Teknologi berbasis sensor dan kamera juga dapat memberikan peringatan kepada petugas.
Sistem ini memungkinkan pemantauan jarak jauh terhadap kendaraan yang berpotensi bermasalah.
Pembelajaran dari Kecelakaan Sebelumnya
Serangkaian kecelakaan di Cipularang memperlihatkan pola yang sama: kendaraan berat, cuaca buruk, dan jalan yang menantang.
Truk yang sering mengalami masalah rem di jalan menurun menjadi pelajaran penting bagi keselamatan jalan raya di Indonesia.
Dengan implementasi teknologi keselamatan yang lebih baik, pengawasan lalu lintas yang ketat, dan desain jalan yang aman, diharapkan kecelakaan di Cipularang bisa dikurangi.
Pemasangan lebih banyak jalur pengaman dan pemanfaatan sistem pengereman otomatis juga bisa menjadi solusi.
Upaya ini menjadi langkah penting agar Cipularang tidak terus menjadi saksi bisu kecelakaan beruntun yang merenggut nyawa.
Sumber:
- Transportation Research Board. (n.d.). Understanding Heavy Vehicle Brake Failure on Downhill Roads
- Journal of Safety Research. (n.d.). Factors Contributing to Brake Failure in Heavy Vehicles. Elsevier.
- National Weather Service. (n.d.). Impact of Weather on Road Safety.
- International Journal of Environmental Research and Public Health. (n.d.). The Impact of Weather Conditions on Road Accidents. MDPI.
- Journal of Transportation Research Part F: Traffic Psychology and Behaviour. (n.d.). Effectiveness of Automatic Emergency Braking in Reducing Road Accidents. Elsevier.
More Stories
Solidaritas Dunia Muslim dalam Pidato Prabowo di KTT D-8
Transformasi PPN: Teknologi untuk Efisiensi dan Transparansi
Pindar, Simbol Keamanan atau Citra Kosong dalam Fintech Lending?