23 December 2024

Setiap fakta menyimpan pelajaran, setiap peristiwa membuka cakrawala. DosenVirtual.com

Beranda » Blog » Empat Guru Besar, Kilau Keilmuan dari UIN Imam Bonjol Padang

Empat Guru Besar, Kilau Keilmuan dari UIN Imam Bonjol Padang

Guru besar UIN Imam Bonjol Padang Welhendri Azwar

Guru besar UIN Imam Bonjol Padang Welhendri Azwar

UIN Imam Bonjol Padang terus memperkuat barisan akademiknya.

Dalam Sidang Senat Terbuka pada Selasa, 26 November 2024, kampus Islam tertua di Sumatera ini mengukuhkan empat guru besar baru.

Ini menambah jumlah keseluruhan guru besar UIN Imam Bonjol Padang menjadi 23 orang di berbagai bidang studi.

Empat akademisi yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Sobhan, MA dalam bidang Syariah; Prof. Welhendri Azwar, S.Ag, M.Si, Ph.D dalam bidang Sosiologi; Prof. Dr. Zainal Asril, M.Pd dalam bidang Pendidikan; dan Prof. Dr. Nana Sepriyanti, S.Pd, M.Si dalam bidang Matematika.

Prosesi pengukuhan berlangsung di Kampus Sungai Bangek, Koto Tangah, dipimpin oleh Ketua Senat, Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag, dan dihadiri oleh civitas akademika, keluarga para guru besar, serta tamu undangan.

Acara ini juga menjadi ajang penyampaian orasi ilmiah dari masing-masing guru besar sesuai bidang keilmuannya.

Salah satu yang menarik perhatian adalah orasi Prof. Welhendri Azwar berjudul Tikam Jejak Demokrasi di Indonesia.

Dalam orasinya, ia menyoroti demokrasi deliberatif yang seharusnya berakar pada kearifan lokal Nusantara, jauh sebelum Republik Indonesia berdiri.

“Dalam sejarahnya, para pendiri bangsa merumuskan Sila Keempat berdasarkan prinsip musyawarah dan perwakilan, bukan demokrasi langsung seperti di belahan dunia lain.”

“Sayangnya, euforia reformasi mengadopsi sistem one man one vote, yang diterapkan ketika rakyat belum sepenuhnya siap. Akibatnya, demokrasi kita kerap kehilangan substansinya,” ujar Prof. Welhendri.

Sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, ia juga mengkritik praktik demokrasi yang kerap terjebak dalam populisme, oligarki, bahkan kapitalisme.

Menurutnya, demokrasi sejati adalah kedaulatan rakyat, bukan hanya angka suara.

“Jika tersesat di ujung jalan, kita harus kembali ke pangkal untuk memastikan substansi demokrasi tetap terjaga,” tegasnya.

Pengukuhan ini sekaligus menjadi momentum penting untuk menunjukkan komitmen UIN Imam Bonjol dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kontribusinya bagi masyarakat.

Karya dan pemikiran para guru besar baru diharapkan mampu memperkaya khazanah akademik sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. (Abdullah Khusairi)